بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Terima kasih udah mampir kemari ya. Boleh kok tinggalkan pesan atau jika ada pertanyaan apa saja di kolom komen dibawah... Saya akan sangat-sangat berterima kasih dan makin semangat update-update 💟
Kali ini saya tidak berbagi resep masakan, tapi akan menuliskan sebuah artikel yang inshaallah akan berguna bagi para perempuan Indonesia umumnya dan para pembaca lainnya.
Artikel ini saya cuplik dan saya terjemahkan dari sebuah situs berita berbahasa Turki yang saya pikir menarik dan akan berguna bagi pembaca semua. Hal ini saya lakukan karena makin hari saya makin banyak mendapatkan dan mendengar cerita/ kasus yang sangat memprihatinkan dan disayangkan. Dimana makin banyak wanita Indonesia yang datang ke Turki dan melakukan pernikahan yang berakhir dengan kisah sedih. Mereka mengalami mulai kekerasan fisik, seksual, emosianal, ekonomi, dan lain sebagainya setelah menikah atau bahkan sebelum menikah.
Kenapa bisa terjadi hal yang disayangkan itu? wartawan situs berita ini melakukan wawancara dan riset tentang hal ini yang saya pikir bagus juga untuk diketahui para perempuan Indonesia yang sedang mencari jodoh lelaki Turki.
Silahkan dibaca dengan hati dan pikiran terbuka. Dipikirkan dengan dalam dan matang sebelum menyesal seumur hidup nantinya.
*****
Kita berada di era ketika perjodohan sudah bisa dilakukan melalui jalur online. Bahkan baru-baru ini, banyak sekali aplikasi kencan online dan situs pencarian pasangan/ jodoh, batasan-batasan tradisional telah hilang hingga terjadilah ledakan pernikahan internasional.
Berdasarkan data Lembaga Statistik Turki (DİE=Devlet İstatistik Enstitüsü), jumlah pengantin asing mencapai 31 ribu 29 orang pada tahun 2023.
Berdasarkan kewarganegaraan mereka, pengantin wanita Uzbekistan menempati urutan pertama, disusul oleh pengantin Suriah dan Azerbaijan.
Jumlah calon pengantin pria asing sekitar 6 ribu. Tidak dapat dipungkiri bahwa situs kencan/pencarian jodoh virtual berperan besar dalam peningkatan jumlah pengantin asing.
Di antara mereka yang bertemu melalui situs pernikahan online, jumlah pernikahan perempuan Indonesia dengan laki-laki Turki berada di urutan teratas. Berdasarkan data DİE, tahun lalu jumlah pengantin Indonesia masuk 10 besar dengan jumlah 583 pengantin. Berdasarkan data KBRI, jumlah pengantin Indonesia mencapai puncaknya pascapandemi Covid. Faktor terbesar dalam peningkatan ini adalah media sosial, kencan virtual, dan situs kencan. Memang mungkin untuk dengan mudah memilih pasangan masa depan Anda hanya dengan sekali klik, tetapi apakah pernikahan yang dimulai dengan mudah berlanjut dengan kemudahan yang sama?
Tidak butuh waktu lama bagi perempuan Indonesia, yang berasal dari budaya yang sangat berbeda, untuk memahami bahwa hidup tidak seperti serial sinetron TV Turki yang mereka tonton.
Para wanita Indonesia yang datang untuk menikah dengan lelaki Turki pada umumnya membawa potensial kekecewaan dikarenakan perbedaan usia, perbedaan bahasa, kurangnya pengalaman dan kejutan budaya (culture shock).
Pada kasus umum para lelaki Turki lebih memilih dan mencari perempuan muda Indonesia untuk mengurus dirinya dan juga keluarga besarnya (ibu/bapak mertua,dll). Hal ini pula yang tidak banyak diketahui para perempuan Indonesia.
Dan ketika para wanita itu mengalami pelecehan/kekerasan dalam rumah tangga, merasa tertipu dan sebagainya, mereka tidak berdaya disebabkan kendala bahasa.
Pernikahan yang berlangsung begitu mudah dan cepat dalam beberapa tahun terakhir membuat Kedutaan Besar Turki di Indonesia kewalahan. Para calon pengantin wanita ini kebanyakan datang ke Kedutaan besar Turki di Indonesia dengan berbekal tiket pesawat (one way) yang dikirim oleh calon pengantin pria (damat) dengan harapan akan menikah di Turki.
Para calon pengantin Indonesia ini tidak memikirkan lagi faktor penting yang dibutuhkan dalam perkawinan beda budaya ini.
Namun tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi mereka untuk memahami bahwa hidup tidak seperti serial TV Turki yang begitu populer dan ditonton di Indonesia, dan permasalahan sebenarnya segera terungkap. Ketika pengantin wanita menjadi korban di negara asal suaminya. Dan akhirnya mengetuk pintu KBRI menjadi opsion terakhir untuk meminta bantuan, menuntut cerai dan kembali ke tanah air.
Contoh kasus; M., yang datang ke kota Bursa sebagai pengantin perempuan, segera ingin bercerai karena perbedaan pendapat hingga pertengkaran yang parah, namun dia khawatir tentang hak asuh bayinya yang masih berusia 2.5 tahun.
Kasus lain, seorang wanita yang bertemu dan menikah secara online mengaku telah menjalani pernikahan yang rumit tapi dia tetap bertahan selama dua tahun demi anaknya. Namun kini memutuskan untuk bercerai.
Seorang ibu dengan anak berusia 17 tahun memendam pertanyaan penuh keprihatinan: “Dapatkah dia meminta hak asuh atas anaknya yang berkewarganegaraan Turki dan menerima tunjangan untuk anak-anaknya?”
Seorang pria Turki yang tergabung dalam sebuah sekte di kota Samsun menikahi seorang wanita Indonesia yang sangat cantik yang ditemuinya di sebuah website pernikahan. Setelah menikah, dia melarang istrinya itu keluar rumah dan wanita tersebut hampir menjalani kehidupan penjara di rumah selama 8 tahun. Dia tidak bisa keluar, tidak bisa pergi ke toko / market, tidak bisa bertemu dengan sesama warga, dan tidak memiliki kehidupan sosial. Beberapa kali wanita tersebut berupaya melarikan diri dari rumah tapi gagal, dia akhirnya berhasil lari dan berlindung pada polisi dalam pelarian terakhirnya.
“Mereka menganggap laki-laki Turki lebih baik daripada orang Indonesia”
Bidang Protokol dan Konsuler KBRI Ankara menyatakan bahwa situs kencan memiliki kontribusi yang besar terhadap peningkatan jumlah pernikahan, dan terdapat permasalahan bagi mereka yang terlalu cepat mengambil keputusan dan menikah tanpa mengenal satu sama lain dengan baik.
Faktor di balik kecintaan dan ketertarikan yang kuat terhadap negara Turki adalah karena hubungan khusus antara Indonesia dan Turki. Selain itu serial TV Turki begitu populer dan banyak ditonton di Indonesia. Dari serial televisi inilah para perempuan Indonesia tertarik dan menyukai Turki termasuk para lelakinya.
Kesamaan agama di kedua negara menjadi salah satu faktor awal terbesar bagi perempuan Indonesia.
Bagi pria Turki, menganut agama yang sama pada awalnya tampak seperti hal yang menarik. Hal ini juga yang sangat penting bagi perempuan Indonesia. Mereka menganggap laki-laki Turki lebih baik dibandingkan orang Indonesia.
Para perempuan yang lugu mulai berpikir, 'Lagi pula, seorang Muslim adalah pria yang baik, dan dia akan berperilaku baik pula'. Demikian karena para perempuan itu hanya memilik sedikit pengalaman hidup dan tidak berpikir matang.
Tambahan juga, faktor bebas visa kunjungan ke Turki adalah faktor lain yang membuat pertemuan menjadi lebih mudah.
Selain situs pernikahan, dilaporkan juga bahwa orang yang datang untuk bekerja (umumnya di hotel) di Turki lalu menikah, mengalami lebih sedikit masalah karena mereka sedikit banyak sudah beradaptasi dengan budaya setempat.
Faktor lain yang mendorong pernikahan adalah banyaknya YouTuber yang beroperasi sebagai situs kencan. Mereka yang berpromosi lewat channel YouTube juga menjadi faktor yang sangat penting. “Ada beberapa di antaranya yang berfungsi seperti situs kencan dan banyak melebih-lebihkan tanpa memikirkan akhir dari bisnis ini.”
Seorang YouTuber pergi ke desa Sukabumi di Indonesia dan mewawancarai gadis-gadis desa disana. Impian semua gadis desa itu adalah menikah dan datang ke Turki.
Sumber masalah.
Komunikasi adalah salah satu masalah utama dalam pernikahan. Tidak berbicara dengan bahasa yang sama adalah sumber utama masalah komunikasi. Kesatuan agama yang dianggap sebagai sebuah kelebihan bagi para perempuan Indonesia justru menjadi faktor terbesar yang menyesatkan mereka. Sebab bagaimanapun Turki bukanlah negara islam.
Kedua, percampuran keluarga. Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga dan mertua menimbulkan masalah dan perselisihan. Inı yang jarang diketahui dan dikomunikasikan dengan calon pasangan sehingga banyak yang akhirnya terjebak dan menyesal setelah menikah.
Masalah penting lainnya adalah sebagian besar pria Turki melakukan pernikahan kedua atau ketiga, bukan yang pertama. Ketika laki-laki yang menjanda mencari seseorang untuk mengurus mereka dan keluarga mereka, terutama perempuan yang lebih muda, perbedaan usia menimbulkan masalah, dan ada tentangan dari keluarga laki-laki dan anak-anak mereka yang sudah dewasa.
Sekretaris Pertama Departemen Penerangan, Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Fitriyani Ridvan juga menggarisbawahi bahwa masalah yang paling penting adalah pasangan tidak berupaya untuk memahami perbedaan budaya.
Ia menyatakan bahwa sebagai kedutaan, mereka mendukung warganya dengan berbagai cara dan mengadakan pertemuan/webinar rutin untuk menginformasikan calon pengantin tentang hak hukum dan budaya mereka di Turki.
Pada pertemuan terakhir di bulan Maret, yang juga diumumkan di Instagram, Pengacara Eralp Çıragül memberikan informasi tentang Hukum Keluarga dan menjawab pertanyaan peserta dari berbagai kota.
Informasi yang diberikan dalam pertemuan tersebut adalah mengenai kekerasan dalam rumah tangga dan jenis-jenisnya. Apa yang harus dilakukan ketika mereka menghadapi satu atau lebih jenis kekerasan seksual, fisik, ekonomi, emosional dan spiritual. Jenis perceraian di Turki, pembagian harta benda atau kekayaan dalam perceraian, hal-hal yang harus dilakukan setelah perceraian, tindakan, tunjangan, hal-hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan gaji tetap. Apa yang harus dilakukan jika pasangan meninggal dunia, sistem sekuler di Turki, kewajiban perkawinan resmi dan hak-hak hukum yang dibawanya, apa yang perlu dilakukan untuk memperkenalkan keputusan perceraian di Indonesia dan di Turki.
Artikel dikutip dari:
No comments:
Post a Comment
Loving my blog? Please help me to share to your friends and tell to the world that my blog contents are valuable and interesting to visit. Subscribe or follow my Facebook, Tweeter, Pinterest or my instagram